Ketika kita mengalami keterpisahan dengan alam, kita akan menjadi kaku dan keras. Kita telah keluar jalur, keluar dari garis pembatas kehidupan. Pertumbuhan itulah sifat alam, ia bisa di maknai sebagai perubahan, tergantung dari sudut mana kita memandang. Namun sesungguhnya dalam tataran yang lebih mendalam segala sesuatu itu sedang tumbuh, sedang bergetar, bergerak. Alam sedang bereksi untuk tumbuh dan berkembang. Namun pertumbuhan itu sendiri tidak bisa keluar dari jalur dan sifat ke’alami’annya. Semuanya sedang bertumbuh, bergetar dalam nada-nada.
Keagungan lahir dari kelembutan, dari keselarasan yang berpadu padan dengan keindahan. Kekerdilan lahir dari kealotan dan kekerasan, lahir dari penyimpangan-penyimpangan. Setiap kekerasan yang terjadi disekitar kita, terjadi karena kekerdilan, kekerdilan yang lahir karena penyimpangan terhadap kealamian.Kita sering menjumpai aksi-aksi pemaksaan pendapat, pemaksaan suatu dogma-dogma usang yang tak lagi relevan dengan semangat dan jiwa kemanusiaan. Jelas pemaksaan memuat unsur yang tidak alami, sesuatu yang dipaksakan secara terus-menerus akan berakibat fatal bagi bertumbuhnya kebebasan. Seperti hal nya kebebasan dalam berkeyakinan dan beragama di negeri kita ini, dan bila hal-hal yang berbau menyimpang ini terus-menerus di biarkan terjadi, tidak akan menutup kemungkinan akan terjadinya kematian nilai-nilai kemanusiaan di negeri ini, bukan hanya kekerdilan, namun akan terjadi kematian dan tumbangnya peradapan luhur yang telah terbangun sekian lama ini. Tradisi kekerasan yang lahir dari rasa takut. Lahir dari jiwa yang ringkih dan kerdil.Para pelaku kekerasan, baik kekerasan secara fisik maupun pikiran, sesungguhnya sedang menyumbat pertumbuhan dirinya. Mereka sedang membonsai jiwanya dengan pemahaman-pemahaman sempit akan nilai-nilai kebenaran yang sesungguhnya. Mereka sedang memotong ranting-ranting dan dahan-dahan kebersamaan dalam perbedaan.Setiap nilai kemanusiaan yang berada dalam diri kita sesungguhnya sedang bertumbuh, bersemi menggapai hakekat, dengan memaknai setiap perbedaan, setiap keunikan sebagai warna-warna pelangi yang sedang memperindah kamar jiwa. Setiap warna memberikan guratan makna yang mendalam dalam alunan lagu keindahan. Kita bisa memiliki nada yang berbeda namun bila berkenan kita akan mampu menciptakan lagu yang sama dalam keselarasan.Seperti suara gemericik air yang menyegarkan, seperti sorot mentari pagi yang menghangatkan, seperti desah dedaunan yang merindukan, seperti desir angin meninabobokan, seperti gelapnya malam yang mengasuh domba pulang kekandang. Semua kejadian sedang men’dharmabakti’kan ‘roh’-nya dalam keindahan. Alam menjalankan dharmanya dalam keanekaragaman yang membelai sukma.Namun selama ini kita telah lupa untuk selalu menjalin hubungan yang harmonis dengan alam, dengan lingkungan yang senantiasa memberikan kelembutan dan kehangatan dalam membimbing langkah-langkah kita. Kita lebih mempercayai dogma-dogma yang kaku, dogma setiap saat digembar-gemborkan para ahli kitab.Terlupakan oleh kita betapa selama ini, ibu bumi bapa angkasa telah menorehkan warna-warna pelangi di dalam lubuk hati kita maupun di batas cakrawala, akan kita senantiasa bertumbuh dan berkembang dalam harmoni. Dalam satu bumi, satu langit, satu nilai kemanusiaan.Salam perbedaan dalam keindahan.Terimakasih Jaya Guru Deva __/\__
12 December 2010
Berbeda Nada dalam Lagu Yang Sama
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
>>>
-
-
-
No comments:
Post a Comment