29 April 2010

Berkah Cinta Dalam Kasunyatan



Seorang pemuda nampak sedang asyik nyantai berebahan di bawah rindangnya pohon beringin, di pinggir kali, mencoba melepaskan rasa penat karena cuaca terik di suatu siang.
Di tempat itu sepuluhan tahun lalu, ketika itu sering di setiap tengah malam dia terlihat menyepi dan duduk bermeditasi. Kini tempat itu penuh dengan rumput liar dan makin tak terurus. Dengan berbekal tekat yang kuat dan sedikit petunjuk dari seorang guru ia menjadi begitu berani. Disaat orang lain tidur pulas beralas kasur empuk ia justru mengunjungi tempat yang sepi dan terkesan angker. Tampak tidak ada sedikitpun rasa takut terlintas dalam benak sang pemuda. Hiruk pikuk dan aroma penderitaan yang selama ini setia menemaninya telah mengantarkannya pada suatu keadaan mental yang ekstrim.


Yang terpikir dalam benak waktu itu hanyalah rasa putus asa yang intens dan kebosanan yang selalu bergelayut. Kadang pula terpikir bahwa nanti ia bisa dipertemukan dengan binatang buas, ular atau bahkan hantu yang paling menakutkan sekalipun. Ia hanya pasrah dan akan sangat rela bila hal itu terjadi. Ia seperti orang gila yang tak tahu tujuan mau kemana, sering ia duduk sendirian bermeditasi hingga menjelang adzan subuh, tak menghiraukan ribuan nyamuk yang berpestapora menikmati darahnya yang kecut. Ia hanya pasrah dan mencoba bersyukur, dan berdoa dalam hati, “ Bila tubuh ini, raga ini, bisa bermanfaat dan dapat menghidupi kalian wahai para nyamuk sahabatku, silahkan kalian menikmatinya sepuas mungkin”. Demikian yang sering terjadi hingga ia ketiduran di tempat.

Dan apa yang ia peroleh dari pengalaman itu luar biasa, setiap peristiwa yang di anggap mistik sering dialami.  Rasanya semakin berkembang, pengalaman-pengalaman di luar akal sehat sering menghampiri. Namun hal itu tetap saja menjenuhkan baginya. Apa yang selama ini ia cari serasa masih jauh diawang-awang.

Suatu ketika ia bersama sekumpulan para seniornya para seeker istilah kerennya sering berkumpul mendiskusikan apa yang telah ditemuinya selama duduk diam, ada macam-macam pengalaman yang didapat dari para teman, justru dia malah tidak memperoleh gambaran apa-apa dipikirannya waktu bermeditasi. Ngak ada apa-apa.

Suatu ketika sang guru pernah berselenting , “ ora ono opo-opo sing ono dudu, tidak ada apa-apa yang ada bukan, mereka yang melihat banyak hal dalam duduk diam belum belum memasuki alam meditasi, mereka masih terjebak dalam permainan pikiran, yang terpenting adalah rasa damai dan tenang yang kau peroleh, pertahankan hal itu, segalanya akan berkembang pada saatnya”, begitu sang guru berkata.

Tutur katanya yang bijak, sifatnya lembut, rasa kepedulian, rasa cinta dan kasihnya terhadap setiap kehidupan  dan kerendahan hatinya yang begitu tulus dari sang guru lah yang justeru mengusik rasa penasaran dalam diri pemuda. Wajahnya yang bersinar memancarkan aura kebijaksanaan, kata-katanya yang mampu merangkul dan mewadahi semua pendapat dan keyakinan setiap peserta menggugahnya mencari tahu apa yang telah terjadi dengan orang ini.

Dalam kehidupan sang pemuda, ia hanya menjumpai beberapa gelintir saja orang seperti ini dalam kehidupan sehari-harinya. Beberapa orang mewakili etnis Jawa, seorang mewakili etnis Tionghoa dan seorang lagi yang terakhir mewakili etnis India. Bahasa mereka berbeda tapi essensi yang disampaikan sama. Mereka melampaui sekat-sekat pemahaman sempit. Melalu mereka ia memperoleh pengalaman langsung, seperti terjadi pertukaran energi dan sinkronisasi frekuensi pikiran setiap ia berjumpa dengan orang-orang itu.

Seperti itukah orang-orang yang telah mencapai penerangan, memperoleh pencerahan, karena setiap kehadiran mereka di suatu lingkungan atau tempat akan selalu menghidupkan keadaan dan meninggalkan kesan yang meneduhkan dan sulit untuk dilupakan.

Dari sekian pengalaman yang diperolehnya sang pemuda akhirnya menyimpulkan bahwa belajar spiritual dapat dari apa saja, siapa saja baik melalui berbagai acara, membaca buku, internet, diskusi maupun menjalankan berbagai metode dalam meditasi. Namun ternyata semua itu terasa hambar dan kurang lengkap tanpa sentuhan dari mereka yang benar-benar tersadar, dari mereka yang benar benar tercerahkan.

Selama ini kita sibuk mencarinya di gunung-gunung, menelitinya di setiap ayat kita suci, membedahnya dalam berbagai buku dan pandangan. Dan sulit menerima kehadirannya dalam diri yang mempribadi, dalam tubuh yang berdarah berdaging, kita selalu sibuk meraba-raba dalam opini.

Terimakasih Tuhan, Terimakasih keberadaan, teman-teman kesedihan, keputusasaan dan penderitaan yang telah Kau kirim ternyata mempunyai peran yang amat besar dalam mempertemukannya dengan kuil-kuil fisik para jiwa-jiwa agung. Kini ia mulai memahami bahwa kehadirannya di dunia ini bukan sebagai petualang, bukan sebagai pengembara, bukan sebagai seorang pencari tapi sebagai seorang peziarah, kedatangannya hanya untuk menyanyi dan menari dan merasakan setiap hembusan angin sebagai aliran suci gema sorgawi.

Terimakasih Guru,
KehadiranMu adalah hal terindah dalam hidupku.

Terimakasih Para Sahabat,
Terimakasih Ibu, Terimakasih Bapak,
Terimakasih Keberadaan,
Pertemuan ini sungguh indah.



No comments:

>>>

-



-