Setiap peran kehidupan adalah lakon-lakon yang mesti dimainkan. Tak peduli terlahir sebagai sosok mulia yang banyak dipuja, maupun berperan sebagani manusia yang hina-dina. Semua hanyalah sekedar tampilan sesaat dalam episode berkala, yang tak mengenal kata tamat. Ribuan peran silih berganti menghiasi perjalanan roh dalam meniti pengalaman-pengalaman illahiyahnya.
Tampak baik, tampak buruk, tampak besar, tampak kecil, tampak bersih tampak kotor semua hanya hanya sebuah penampakan. Dalam sebuah penglihatan yang hakiki, roh melihat semua yang tampak oleh mata dan terpikir oleh otak hanya sekedar bayang-bayang gambar gerak dalam langit pikiran. Yang bagi para manusia fana dipandang sebagai sebuah kebenaran yang nyata.
Roh melihat setiap anak kehidupan sebagai jiwa yang sedang berekspresi, jiwa yang sedang berekspansi dan berevolusi menggapai kesempurnaan. Roh tidak melihat hiruk-pikuk kehidupan sebagai sebuah pergesekan ataupun pertentangan, tetapi ia melihat kehidupan sebagai sekumpulan jiwa-jiwa, sekumpulan roh yang sedang menari, menari dan bertumbuh dalam arus waktu.
Jiwa-jiwa sedang berkembang dan mencipta pengalaman-pengalaman, setiap pengalaman adalah ekspresi yang unik dan memiliki kekayaan illahiyah yang personal. Tiada pengalaman yang lebih tinggi, atau lebih rendah. Dalam penglihatan roh semuanya sama.
Setiap tubuh kehidupan adalah sarana, media bagi roh untuk tumbuh dan berkembang. Roh abadi adanya. Kelemahan-kelemahan dan kekurang-pengetahuan sengaja diciptakan untuk memperindah bentuk-Nya, ketidaktahuan dan ketidaksadaran sengaja dibenamkan untuk menciptakan ruang-ruang. Disengaja untuk menarik arus waktu kedalam evolusi jiwanya.
Dititik terdalam ada roh, ada kekuatan agung, sebuah yang melampaui dualitas maupun pertentangan. Disinilah kesejatian berada, setiap tradisi memberi nama atau label yang berbeda-beda, sesuai dengan tingkat evolusi yang dicapai. Kebahagiaan sejati, kekekalan abadi, kesadaran murni atau apapun sebutannya, yang jelas ia masih terus melaju dan berkembang dalam keluasaan diri-Nya yang tak mengenal batas.
Ada kesadaran dilingkar luarnya, kesadaran yang merangkul setiap pemahaman dan pengalaman, kesadaran yang menjembatani setiap titik puncak dalam evolusi pikiran. Para manusia fana yang telah bermain lama dalam drama kehidupan dan mencapai tahapan ini, melihat benih kesadaran ini sebagai puncak pencerahan dari matinya pikiran-pikiran lama yang telah usang dan kaku. Hadirnyanya kesadaran bagaikan datangnya fajar pagi yang menerangi sekian lama kegelapan.
Dan kesadaran inipun sepertinya juga masih mengembang dan berevolusi, entah apa nanti sebutannya, entah apa nanti namanya ia belum diketahui. Roh terus berekspansi dan berekspresi dalam langkah-langkah-Nya.
Mengamati pikiran, mengendalikan pikiran dan melampauinya untuk mencapai kesadaran adalah sebuah proses, adalah satu-satunya jalan yang mesti ditempuh oleh jiwa-jiwa tua dalam melanjutkan episodenya untuk masuk kebabak baru roh, babak kesadaran yang merangkul setiap perbedaan pandangan, pengalaman dan pemahaman sebagai satu kesatuan, satu keindahan yang unik dan personal bagi tiap-tiap roh untuk maju dan bertumbuh dalam tarian-Nya.
Terimakasih Guru, Jaya Guru Deva.
No comments:
Post a Comment