28 February 2010

Merajut Harapan Yang Tersisa


Dalam kesunyiaan siang ini, kucoba menata hatiku yang sedang gundah, kucoba merajut kata, merangkai asa. Dalam sepinya hari ini, suasana begitu terik, sepintas terpikir olehku bumi semakin panas, sepanas bathok kepalaku yang mulai merintih penat, beberapa lembar pikiran liar mulai mengganggu keheningan hari ini. Pikiranku mulai meloncat ke waktu-waktu yang lalu, menarik memori-memori masa lampau, dengan berbagai kenangan indah di dalamnya.
Kenangan masa kecil yang begitu indah, kenangan di saat bersama orang-orang tercinta, kenangan dengan para sahabat masa kecil. Waktu begitu cepat berlalu, seperti baru tadi pagi semua itu terjadi. Namun semuanya telah berubah, orang-orang tercinta satu persatu pergi, para sahabat pun kini telah sibuk dengan urusannya masing-masing, dengan kepentingan. Keluarga dan anak-anak mereka. Mereka begitu asyik menikmati hidup. Yang jelas segalanya mulai menjauh dari hadapan mata. Memang waktu tak dapat di putar balik, mengembalikan kenangan-kenangan indah tersebut.
Tapi setidaknya kini aku lebih menyadari, bahwa roda cakra, sang waktu akan terus berputar menggilas segala kenangan, memori-memori, dan anggapan-anggapan. Kesehatan, kekayaan, kerabat, sanak famili, persaudaraan lambat tapi pasti segalanya akan berpisah dari kita. Seiring waktu segalanya seakan menjauh dari jangkauan kita. Yang dulu kecil sekarang sudah besar dan dewasa, yang dulu ada sekarang tiada, yang dahulu tiada sekarang terlahir untuk merayakan kehidupan. Seperti tak akan pernah habis. Dan memang tak akan pernah habis dan tak ada kesudahannya.

Segala yang kuanggap pencapaian dari berbagai keinginan masa laluku sekarang satu persatu bermunculan, memenuhi panggilan hasratku. Satu keinginan yang tumbuh dengan segera akan mewujud nyata menjadi suatu pencapaian. Sesuatu yang kuanggap sepele atau sesuatu yang kuanggap mustahil satu persatu mewujud dalam kehidupanku. Member rasa senang dan puas. Ya…, mungkin rasa puas itu hanya terasa untuk sesaat, ya hanya untuk sesaat. Tak lama perasaan bosan pun menyelinap masuk dan mulai memenuhi lembaran-lembaran hidupku.

Mungkin tinggal beberapa keinginan utama saja yang masih mengganjal dalam benakku. Dan aku sangat yakin dengan segera semesta, keberadaan akan segera memenuhi beberapa keinginanku tersebut.

Namun, sekarang mulai timbul berbagai pertanyaan dalam hidupku. Mungkinkah semua ini akan berakhir? Karena ku menyadari bahwa setiap keinginan yang terpenuhi akan melahirkan berbagai keinginan yang lain, bagai lingkaran setan yang tidak berkesudahan.

Terasa benar selama ini aku merasa jalan ditempat saja. Kesadaran jiwa yang kucoba kuraih tidak mengalami perubahan yang lebih baik. Di saat seperti ini aku masih sibuk dan asyik mengejar. Ya mengejar kesenangan yang kuanggap bisa memenuhi diriku dengan kebahagiaan. Namun ternyata apa yang kucari bersusah-susah selama ini, tidak member andil apa-apa bagi kebahagiaan yang sesungguhnya ku inginkan.
Di saat orang lain, begitu asyik dan terikat dengan kehidupannya. Aku sibuk mengejar pengetahuan dan sampai terlupakan dari tujuan awal mencari pengetahuan. Pengetahuan tentang diri sendiri. Pengetahuan yang mampu membebaskan keterikatan, membebaskan kita dari belenggu-belenggu kepicikan, pemahaman sempit kita tentang hidup, yang selama ini merantai kaki dan tangan kita. Karena hanya pengetahuan sejati tentang kebenaranlah yang bisa membebaskan kita. Bukan pengetahuan yang justru membebani kepala kita dengan sekian banyak buntalan, buntalan yang tak bermanfaat bagi kita, namun sering kita justru membanggakannya, karena dengannya kita menanggap diri kita lebih pandai dari orang lain, kemampuan kita di atas rata-rata.

Dari sekian banyak pengetahuan yang dapat diperoleh manusia, mungkin cinta, dan sebenarnya cinta lah merupakan pengetahuan tertinggi yang dapat di peroleh oleh manusia. Cinta adalah jalan pintas dan tercepat yang dapat di gunakan sebagai alat untuk meraih ketinggian. Membebaskan kita dari berbagai problema dan carut-marut keadaan yang tengah melanda kita dewasa ini.

Kembali ke suasana hatiku di siang ini, sepintas lalu dalam kebosanan yang monoton ku coba menata diri, pelan tapi santai kutarik nafas panjang, huuu…… dan perlahan kurasakan kesejukan memenuhi rongga hidungku perlahan masuk memenuhi rongga dadaku begitu sejuk, segar, huuu…. Begitu damai. Sebentar dalam rarikan itu ku coba membiarkan kesadaranku terserap dalam kebahagiaan dalaman walau singkat tapi begitu sejuk….., pelan tapi pasti kemudia kubuang keluar nafasku keluar, terasa begitu hangat, begitu hangat terasa memenuhi aura wajahku. Kesan yang begitu singkat akan arti ketenangan, ketenangan yang berasal dari dalam diri, ketenangan yang mampu melahirkan kesejukan, kesejukan yang berubah menjadi kebahagiaan. Dan hal itu dapat di perpanjang dengen cara kita lebih intens dalam kesendirian, dalam keheningan. Begitu mudah dan simple, tidak memerlukan biaya yang banyak, kita dapat melakukan kapanpun dan dimanapun dan dalam keadaan apapun. Dan bila hal tersebut sering kita lakukan kita akan lebih terhubung dengan sumber kita, sumber keberadaaan kita yaitu Tuhan.

Rasa bosan yang kita alami selama ini, mungkin akan sangat berperan bagi kita bila kita mampu dan mempunyai sedikit energy dan keberaniaan untuk kembali ke asal kita, kembali ke jati diri kita, dengan pemahaman yang benar akan peran kita di dunia ini, yaitu merayakan kehidupan, dan menikmati setiap prosesnya dalam ketenangan atau kebahagiaan. Atau terjerumus dalam kebosanan dari tarik menarik keinginan yang tak berkesudahan yang mengantar kita kedalam masalah yang tidak perlu, kesumpekan, depresi dan segala sesuatu yang merugikan kita? Pilihan sepenuhnya ada di tangan kita!

Namun keberadaan tidak tinggal diam, sinyal-sinyal gelombang kecenderungan kita di masa lalu direspon. Setiap kegelisahan kita akan kebenaran mengundang iba kasih sang Guru, sehingga beliaupun rela menunda perjalanan demi kita.
Terimakasih Guru, kasihmu, cintamu merupakan hal terindah dalam hidupku. Semoga Guruji selalu sehat dan sejahtera.

No comments:

>>>

-



-