28 February 2010

Menerjemahkan Kasih Guru, Mengoreksi Kekilafan Diri.


Mohon maaf sebelumnya, mungkin ada yang kesasar masuk ke ruang catatan ini, saya peringatkan terlebih dahulu, bahwa nanti tulisan ini bisa terkesan membosankan, dan tidak tertata secara apik karena kekurangtahuanku aja, jadi mohon di maklumi. Tak lupa kuberi tahu bahwa sasaran utama dari tulisan ini adalah daku sendiri, abdi sorangan, diriku sendiri.

Dan mohon diketahui dan jangan dipertanyakan bila nanti antara judul dan tulisan tidak selaras, tidak sesuai. Ya judul tulisan ini terinspirasi oleh keliaran pikiranku saja. Ya mungkin terlalu banyak keinginan yang tidak kesampaian, mungkin. Ya seperti keinginan, harapan dan kenyataan, selalu berselisih, tidak rukun, jarang ketemu. Yang satu kemana yang lain kemana, yang satu ngalor, yang satu ngidul jadi ngalor-ngidul deh..., ah biarin aja ya!! Ngak papa to?


Yah ini namanya curhat dengan diri sendiri, kadang tulisannya muter-muter, kesana kemari tak tahu nanti ketemu apa ya di tulis. Yang penting ujung-ujungnya aku berharap dapat mengali lubuk hatiku yang gersang, yaa ..., yang penuh dengan ilalang dan jamur-jamur karatan. Lewat cara-cara begini aku bisa lebih kenal dan akrab dengan diriku sendiri. Dengan siapa lagi aku harus berteman. Ya khan?
Aku bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa. Tidak ada sesuatu yang istimewa dalam hidupku. Tidak ada sesuatu yang bisa di banggakan dari diriku. Tidak ada sesuatu pencapaian yang lebih yang dapat kuraih dalam hidup ini. Keseharian dalam hidupku kulalui dengan kisah-kisah yang monoton dan menjemukan. Tidak ada hal istimewa yang dapat kuceritakan dan kubagikan.


Dalam sehari waktuku hanya kuhabiskan untuk bekerja, sebagai satu-satunya sarana saat ini yang dapat kujadikan untuk menyambung hidup. Selebihnya waktu yang ada kuhabiskan untuk tidur, merenung, mungkin untuk memikirkan sesuatu yang enggak-enggak, menunggu, entah apa yang di tunggu, berlama-lama di depan komputer entah apa yang di lakukannya. Kadang juga buka-buka fesbuk, entah apa yang di cari dan di tulisnya. Selebihnya memandang beberapa buah buku karya Guruji yang mampu kubeli yang terpampang di almari dekat ranjangku. Dan mengulang-ulang membacanya. Aku berpendapat bahwa dengan begitu ajaran-ajaran Guru dapat terinstal dengan kuat dalam memori bawah sadarku. Oh ya aku sempat jaga memasang sebuah foto Guru di samping ranjangku. Ya maksud hati, biar hidupku selaras dengan maksud Guru gitu. Kadang juga tersisa waktu dimana aku sering nampak berlama-lama termenung memikirkan sesuatu atau kadang terhanyut dalam ketertutupan. Entah apa yang membuatnya begitu.


Bila ku pikir-pikir dan renungkan secara seksama waktu 24 jam dalam hidupku, ternyata waktunya banyak tersita untuk tidur, terlalu banyak tidur, mungkin karena tidak ada aktivitas lain yang dapat kukerjakan. Atau aku memang orangnya terlalu malas ya? Lalu waktu yang lain kugunakan untuk bekerja di pabrik, yah untuk cari makan, untuk hidup nie perut khan juga perlu bahan bakar. Aku orangnya kurang pandai dalam mencari peluang dan berbisnis makanya bertahun-tahun kerjanya itu-itu saja dengan gaji yang pas-pasan buat makan. Nguli sama orang ngak bosen-bosen ya? Selebihnya waktu yang kupunya seperti yang kuceritakan tadi hanya terlewati dengan termenung, bengong-bengong, dan kadang hanya terdiam. Ya ya diam gitu aja. Tapi dalam keadaan tertentu mungkin beberapa kali dalam sehari aku diam. Ya begitu aja diam dengan mata terpejam, diam aja? Kalau di sebut diam bermeditasi kayaknya kurang tepat ya? Lalu disebut ngapain ya? apa mungkin ngantuk ya? Kadang hal itu terjadi di tempat umum, sering beberapa teman bilang padaku, “ Sedang nyari wangsit ya?”- lalu ku jawab “ ya, ya.” Mungkin ada sesuatu yang salah padaku ya? Mungkin ada teman yang tahu barangkali? Mungkin terbiasa karena fisikku yang lemah atau karena mungkin aku terlalu malas aja ya? Aah ngak tahu lah. Pokoknya aku suka dan sering melakukannya.


Dimalam harinya banyak kuhabiskan untuk begadang sampai malam, tapi begadangnya sendirian lho. Aku orangnya tidak memiliki banyak teman. Dan rasa-rasanya aku juga ngak banyak memiliki kegiatan, ataupun memiliki hoby. Yah mungkin hanya baca-baca, nulis-nulis, hanya itu aktivitas utama dalam hidupku. Ya keinginan dan kegemaranku cuma berkisar pada ingin baca-baca sesuatu, nulis- nulis sesuatu. Cuman itu doank! Tapi kok sulit mengekspresikan dengan baik ya? Atau mungkin kebingungan mau ngapain. Perlu banyak belajar kali, kata Guru kreativitas itu muncul manakala kita dalam ketenangan. Mungkin aku terlalu gelisah kali ya?


Menurut pendapatku pribadi, ketenangan dan kedamaian diri seseorang dapat diukur dengan jelas melalui tulisan maupun perkataan seseorang. Orang yang memiliki tulisan yang bagus, berbobot, dan di sampaikan secara turut maupun mendengar perkataan seseorang yang lembut, datar, perkataan jarang diulang dan tema pembicaraan yang bermutu pasti memiliki wawasan dan kesadaran yang tinggi.
Lain dengan yang ini tulisannya amburadul pasti orangnya juga begitu, hehehe...
Oh ya hampir lupa, aku juga ingin bercerita tentang beberapa kekuranganku atau juga orang lain menyebut dengan kelebihanku. Boleh di sebut begitu! Ngak papa to?


Berlanjut...
Kurus, berkacamata tebal begitulah tampak luar dari penampilan fisikku. ... Kasihan nie anak apa jarang makan ini anak ya? Mungkin sidang pembaca dapat berpikir demikian. Boleh saja. Ya memang demikian kebenarannya kok. Hehe....
Kurus, kira-kira kesan apakah yang dapat kita di simpulkan dari hal ini? bila menjumpai seorang anak yang kurus? Ada beberapa alasan yang bisa di ajukan. Kurang gizi barangkali, terkena penyakit tertentu barang kali, atau banyak hal lain sebagai penyebabnya. Tapi bagaimana kejadiannya bila hal itu menimpa pada orang dewasa yang cukup umur seperti aku? Untuk itu bisa diajukan banyak alasan, mungkin karena faktor ekonomi, atau karena faktor emosi, kesehatan, atau karena alasan lain. Ya semuanya pasti saling kait mengait satu sama lain. Atau mungkin karena,“karena kita sering sedih, sering gelisah,sering sakit.”
Kacamata tebal, ada apa dengan si pemakai kacamata tebal? Ya mungkin pandangannya mulai kabur, sehingga ia tidak bisa melihat sesuatu dengan jernih. perlu di operasi barangkali? Kalau sebatas mata fisik pasti banyak yang bisa, tapi kalau mata hati siapa yang bisa? Hanya seorang ahli yang bisa.


Di sini aku coba mengurai beberapa peristiwa yang terjadi dalam hidupku beberapa waktu lalu, dengan salah satu sudut pandang yang bisa kuambil, sesuai dengan pemahamanku saat ini, kita ambil satu aja ya, nanti banyak-banyak ngak habis nanti, mubazir khan jadi basi. Hehehe....


Kucoba memahami lewat sudut pandang spiritual saja! Ya kalau lewat sudut pandang materi jelas di tebak, jelas mudah di tebak kan jadi ngak seru...
Pandangan spiritual ini terjadi karena berkah dan kasih dari Guruji, karena kasih beliau yang tiada pernah terputus dalam memantau perkembangan jiwa para murid. Dan akan memperingatkan dan menjewer para murid yang keluar dari jalur. Maaf kalau di sini saya terlalu berani memposisikan diri sebagai seorang murid, tapi sebelumnya aku sering merenung untuk hal itu, apakah aku pantas untuk itu, memproklamirkan diri sebagai murid. Mungkin ini hanya ideku sendiri saja. Tapi aku akan tetap menganggap begitu meskipun itu hanya lahir dari persepsiku sendiri meski hanya di dalam hatiku. Mohon ijinkan kami menganggap begitu Guru.


Dalam pandangan pribadiku aku sering menempatkan gambaran Guruji dalam setiap langkahku. Namun demikian tetap saja aku sering melenceng dari jalur Guru. Terjerembab dalam dalam sesuatu yang kuaggap sebagai ketidaksadaran diri. Sebagai contoh dalam setiap melakukan kesalahan dalam suatu hari dan aku kembali masuk ke kamar dan melihat kilauan wajah Guruji aku sering merasa bersalah. Setelah itu aku sering memindah-mindah posisi gantungan berisi foto guruji di tembok untuk mencoba menghilangkan rasa salah dan sesalku. Terlihat lucu ya? Ya memang betul gitu kok mau apalagi. Aku merasa Guruji hidup dalam foto tersebut dan selalu mengawasi gerak-gerikku. Di setiap kesalahanku aku merasa selalu di perhatikan oleh guruji. Dan ternyata benar bahwa kasih Guruji jauh sepanjang jalan. Hal itu terbukti ketika aku menulis sesuatu yang salah di fesbuk, Guruji langsung menjewer kekhilafanku. Aku merasakan seolah-olah Guruji menulis pesan di fesbuk di ‘Renungan Natal’ waktu itu khusus di tujukan untukku. Aku sering mendapati Beliau sering menulis pesan dalam bahasa Inggris, agar semua murid lintas negara bisa memahami pesan dan sabda-sabda-Nya. Namun kali ini beliau tulis dalam bahasa Indonesia. Pasti karena beliau tahu kalau aku tidak bisa bahasa Inggris. Pesan itu mungkin di buat agar aku bisa lebih Jelas memahami maksud Beliau.


Beliau tidak segan-segan memperingatkan para murid, ketika mereka telah melenceng dari kebenaran.
Oh betapa besar cinta-Mu, kasih-Mu padaku...
Terimakasih Guruji, Terimakasih, Terimakasih , Terimalah sembah sujudku. Aku selalu menitikkan air mata bila mengingat kejadian itu. Aku telah membuat Guruji bersedih.
Kata Guru, mata yang sering menangis jauh lebih sehat secara fisik dari mata yang jarang digunakan untuk menangis, apa hal itu dapat menyembuhkan mata minusku ya? Hingga ketergantungan pada kacamata tebal dapat kulepas hehe... ngaco lagi nie...


Berlanjut kemasalah kekurusan diri....
Sekarang coba bandingkan! Secara umum orang-orang kaya tampilannya gemuk-gemuk dan gendut, walaupun ada sebagian yang ngak gemuk sih, coba lihat seperti Kaki Semar, Bapa Meitreya, Kanjeng Narada, namun ada juga yang terkesan atletis secara fisik seperti Gusti Yesus, Lord Krishna. Bagiku merekalah orang-orang kaya di dunia ini, yang pantas untuk ‘disambati’ agar kita menjadi ikut sedikit lebih kaya.
Mendekatlah pada mereka, karena hanya mereka yang memiliki sesuatu keindahan yang tak akan pernah habis untuk dibagikan. Seperti kata petuah bila ingin kaya mendekatlah pada mereka yang kaya. Mendekatlah pada mereka yang memahami dirimu secara utuh. Mereka bukan hanya kaya tapi juga mahir mengobati segala penyakit manusia. Karena hanya mereka yang memahami penyakitmu, kekurusanmu, kebutaanmu. Merekalah para dokter spesialis yang paling kau perlukan.


Salah satu dari mereka kini telah hadir di depanmu, kini apa yang kau tunggu?
“Sekarang pertanyaannya mau apa kau?”-begitu aku bertanya pada diriku.
Aku perlu meralat lagi pernyataanku, bahwa Beliau yang hadir didepanku bukan hanya sekedar dokter, tapi beliau adalah sumber dari segala kesehatan. jadi aku tidak hanya akan memeriksakan kesehatanku, tapi mencoba menyerahkan diriku, egoku, keangkuhanku, kebodohanku, segala kekuranganku karena hanya itu yang kupunya. Tapi sanggup dan sudah siapkah aku untuk itu? Aku tak tahu pasti, ah biarlah kehendak-Mu yang terjadi, suka-suka-MU, suka-suka-MU Guru. Ubahlah diriku Guru, ubahlah diriku.
Ah jadi teringat akan petuah-petuah Guru nie, aah jadi ikut sedih bila melihat Guru bersedih, mendapati murid-muridnya ngak sadar-sadar. Sekali lagi Bapak maafkan kekilafanku, kebodohanku, ketidaksadaranku selama ini dan terlalu lama membiarkan-Mu nungguin.


Pikir-pikir gimana ya, agar Guru, senantiasa nampak tersenyum bila memandangku. Ya biar kalau ketempat latihan di Solo. Dan melihat patung Guruji yang gendut di depan pintu ngak kikuk, patung tue lho..., Buddha Meitreya di depan pintu. Yaah biar kalau aku mau memasuki rumah-Nya, pintunya selalu terbuka lebar...
......................................................


Maka, saat itu aku berjanji, “aku tak akan sedih lagi, tak akan gelisah dan sakit lagi, supaya Yesus tertawa!”
Oh ya biar energi kasih ‘Meitreya’, energi kasih ‘Kristus’ menyebar kepori-pori dan seluruh jiwaku. Sehingga kekurusan diri ini terobati. Sehingga sumsum jiwaku menjadi lebih kuat dan tahan penyakit. Sehingga kayu salip yang kucoba pikul dipundak ku selama ini menjadi terasa lebih ringan.
Apalagi ada Guru di sampingku yang berbadan gedhe di sampingku maka beban itu akan menjadi lebih berkurang... ya ngak?


Dan semoga energi kasih Guru selalu mengalir deras dan membuatku mampu menapaki jalan kehidupan yang panjang dan tak berujung pangkal ini dengan lebih baik dan percaya diri. Amien.


Semua ini terjadi karena Engkau Guru, Terimakasih atas berkah dan Kasih-MU.
Demikian pelajaran yang mampu kupahami, untuk hari ini.


Salam.

Sigit Suryono

No comments:

>>>

-



-