03 April 2010

Sang Ego, Masihkah Ia Menakhodai Dirimu?



Hubungan yang terjalin selama ini antara penulis dengan teman-teman seperjalanan di paguyuban Anand Krishna Center rupanya memberikan pelajaran yang berarti kepada si penulis mengenai berbagai pandangan dan konsep mengenai cara maupun praktik nyata dalam mengendalikan ego pribadinya.
Diskusi yang rutin diadakan di Anand Krishna Center Solo, memberikan arti yang mendalam. Terutama peran para senior dalam memberikan contoh nyata tentang kerendahan hatinya, mengusik kesadarannya untuk menulis.
Berikut si penulis sedang menasehati dirinya ...
Keakuan atau perasaan merasa yang paling baik, paling pintar, paling tampan, paling tua, paling berpengalaman, paling kaya, paling super, paling bijak, paling berpengetahuan adalah sesuatu gejala yang sering kita jumpai dalam keseharian hidup. Dan pertanyaanya adalah, masihkah perasaan-perasaan seperti itu kerap muncul dalam dirimu? Hidup diantara mereka yang berseberangan pendapat denganmu, hidup diantara mereka yang kau anggap berada diluar garis kebenaran yang kau pahami selama ini, diantara mereka jauh dari kebenaran dan terselimuti alam ketidaksadaran apa yang kau rasakan apa yang kau pikirkan? Sepertinya kau membuat batasan agar sesuatu yang kau anggap baik haruslah selalu eksis dalam pandanganmu, lalu kau akan bela mati-matian sampai tidak tersisa ruang bagi orang lain untuk mengenali dirinya sendiri, baikkah itu? Bila bertemu dengan orang lain yang berbeda pendapat denganmu masih seringkah kau berdebat? Mempertahankan pendapat yang kau anggap benar sesuai pendapatmu? Masihkah kau ngotot? Seringkah kau merasa yang paling lebih tahu, masih seringkah kau menyerang lawan bicaramu? Masihkah kau sering merasa di rendahkan? Martabatmu terasa diinjak-injak dan kau berontak? Terlalu seringkah kau marah, meratapi nasip meratapi hidup yang kau anggap kemalangan?
Dan disisi lain timbul perasaan kesepian, ingin di hormati, ingin dipuji dan selalu tampil terdepan memimpin barisan. Keinginan yang menggebu-ngebu untuk tampil di atas rata-rata? Sehingga terlupakan olehmu bahwa kau telah membuat garis pemisah yang radikal antara keberadaanmu dengan masyarakat dan lingkungan sekitarmu. Terlihat kau mulai menarik diri dari dunia keramaian, hal itu sah-sah saja manakala hal itu mampu meningkatkan kesadaranmu dan kwalitas kebahagiaanmu? Tapi benarkah hal itu cukup? Dan mampu menyelesaiakan masalah-masalah utama dalam hidupmu? Bila jawabanya ya aku salut padamu, bila tidak mengapa hal itu sampai sekarang masih kau lakukan? Bukankah hal itu justru menciptakan konflik didalam dirimu, dan membuatmu semakin jauh dari kewajaran. Perasaan alami yang ingin di miliki oleh setiap orang sebagai bagian dari anggota masyarakat, sebagai makluk sosial. Jangan biarkan perasaan yang sama mencengkrammu terlalu lama!
Sebagai manusia bukankah kita menginginkan kebahagiaan? Berharap agar setiap hasrat kita menjelma menjadi nyata, menjadi manusia yang peduli dengan manusia yang lain, yang berguna bagi manusia lain? Bukankah selama ini kau mengejar pengetahuan, mengejar sesuatu yang mampu membebaskanmu dari belenggu ruang sempit yang selama ini mengungkungmu. Lalu untuk apa sekian banyak pengetahuan yang kau peroleh selama ini, apakah hanya untuk disimpan di bathok kepala saja? Apakah kau masih tidak sadar bahwa selama ini dirimu telah cukup banyak terbebani? Malah ingin kau tambah dengan buntalan- buntalan yang tidak perlu? Ya memang pengetahuan memang sangat penting tapi pada penerapan yang tidak pas justru akan menjadi boomerang bagi upaya kita untuk menggali kebahagiaan, meningkatkan kesadaran.
Keakuanmu, rasa angkuhmu sungguh tidak berdasar justru hal itu akan menjauhkanmu dari sukses. Bila ego masih saja menguasai dirimu justru akan menimbulkan banyak perselisihan, pertentangan dan friksi, menciptakan banyak jurang pemisah bagi laju pertumbuhan dirimu. Makin banyak pertentangan makin banyak perbedaan yang kau ciptakan akan mempersulit dan menghambat tujuan-tujuan baik yang kelak akan kau capai!
Pengetahuan yang selama ini kau peroleh selama ini harusnya kau bawa ketengah pasar? Kau terapkan dalam keseharian hidupmu kau praktikan dengan penuh kesadaran dan dedikasi? Kau uji sampai sejauh mana kesadaranmu mampu bergerak menjinakkan keliaran egomu. Berlatih dan berusahalah terus. Gunakan segenap energimu untuk mempertahankan kesadaran yang selama ini kau peroleh. Jangan lengah, selalulah waspada, mawas diri, koreksi diri, meneliti kelemahan diri, dan galilah potensi-potensi yang terbaik yang dapat kau kuasai, tempatkanlah mereka sebagai salah satu sarana memperoleh pencapaian sukses dalam ranah kesadaran.
Dengan sekian banyak pengalaman dan pengetahuan yang kau peroleh selama ini mampu kah menjadi pengendali yang handal yang mampu mengubah setiap kekurangan menjadi nilai lebih bagi dirimu.
Beberapa hal utama yang mampu menjaga pilar kesadaranmu adalah pengendalian diri, namun hal ituakan semakin susah karena ego manusia, menjaga kesucian pikiran, namun hal itupun juga semakin sulit karena rasa kemelekatan dan keterikatan manusia. Rasa welas-asih atau kasih sayang sebagai langkah ketiga yang selama ini melindungi kesadaran manusia pun gugur oleh hawa nafsu. Tinggal satu hal dimasa seperti sekarang ini yang bisa kita lakukan yaitu menjalin hubungan baik, pergaulan baik dengan mereka yang berbudi luhur dan menjunjung tinggi kebenaran.
Pergaulan dengan mereka yang berbudi luhur akan mampu menyeimbangkan energy kita, dengan pergaulan baik, kita akan dapat memperoleh sesuatu yang dapat menutupi segala kekurangan kita, menjaga keseimbangan diri kita. Hingga sedikit demi sedikit kekuasaan sang ego akan terkikis dan tergantikan dengan kesadaran. Namun bergaul dengan mereka yang berbudi luhur memang tidak mudah, karena hubungan-hubungan dengan mereka bukanlah hubungan yang mengikat kita, justru hubungan itu akan membebaskan kita.
Terbiasa dengan hubungan yang membebaskan akan menjadikan kita manusia bebas. Manusia yang hidup di dunia tanpa beban, menatap setiap kehidupan dengan kejernihan pandangan., keluasan cakrawala. Hingga mampu mengubah setiap keadaan menjadi moment yang indah dalam pengabdian. Tanpa terkungkung oleh beban ego.
Terimakasih Guru, kesadaran ini berkah darimu.

Di tulis oleh Sigit Suryono

No comments:

>>>

-



-