03 May 2010

Pembodohan yang dihalalkan


Ditulis oleh : Marhento Wintolo
Apa sesungguhnya yang dimaksud dengan tindak kekerasan? Menurut pemahaman saya, tindak kekerasan adalah segala sesuatu yang menyakiti. Baik fisik maupun non-fisik. Termasuk menyakiti pikiran dan perasaan orang lain. Secara umum sesungguhnya kemunculan rasa takut ini karena keserakahan dan iri hati. Para penakut mempunyai kecenderungan berjuang untuk kepentingan diri, kelompok, dan golongan sendiri. Sementara mereka yang berjuang untuk kepentingan atau nilai yang lebih besar saya kategorikan sebagai pemberani.



Rasa kepuasan untuk melakukan tindakan kekerasan muncul dari rasa takut dalam diri seorang manusia. Takut bahwa dirinya di cap tidak bertuhan dapat diekspresikan dalam bentuk melakukan ritual sembahyang yang sangat menonjol. Padahal belum tentu hatinya benar-benar berserah diri pada Tuhan. Secara fisik orang tersebut rajin ke tempat-tempat ibadah dan melakukan ritual-ritual sembahyang. Mereka lupa bahwa pameran sembahyang hanya berdampak pada pujian dari manusia sekitarnya. Namun hatinya gersang dari rasa kasih dan sayang. Semata-mata mengharapkan pujian dari orang-orang sekitar telah membutakan mata hatinya. Kalau keadaan hati manusia seperti ini berarti dia tidak lagi menyembah pada Tuhan. Dia belum manusia yang utuh. Fisik saja bersembahyang tapi hati tidak. Bandingkan dengan robot, hanya bahasa badan/fisik. Jika hatipun sudah dipenuhi oleh rasa takut, bagaimana Tuhan bisa kita tempatkan?? Hati adalah satu-satunya dimana Tuhan bisa bersinggasana. Semua yang secara fisik bisa dilihat pasti bisa diukur. Seberapapun jauhnya. Tapi hati manusia, tiada seorangpu yang bisa mengukur keluasannya. Ini sesuai dengan kebesaran Tuhan yang tiada seorangpun mampu mengukur.

Para penjahat yang melakukan kejahatan dengan bom dan akhirnya menewaskan banyak orang yang tidak bersalah atau tidak mengerti adalah kelompok penakut. Peristiwa ledakan bom di Bali, Jakarta, dan di beberapa tempat di dunia menunjukkan si pelaku memiliki rasa takut untuk menghadapi kehidupan. Karena mereka merasa bahwa di dunia tidak lagi mampu hidup. Sehingga mereka mencari pelarian. Dari sini bisa dimengerti bahwa mereka adalah orang yang sama sekali buta akan makna hidup. Mereka hidup dalam kebingungan dan kegelapan pengetahuan. Dan dengan mudah diberikan harapan masuk sorga kalau mau mati demi agama. Sorga? Siapa yang pernah tahu sorga. Tiada satupun yang pernah menginjak. Siapa pula para pemberi janji bahwa tindakan pembunuhan sesama akan membawa penjahat pelaku peledakan ke sorga? Alangkah menyedihkan para pelaku kejahatan pembunuhan. Jadi mereka adalah korban pembodohan manusia yang menginginkan kekuasaan. Ilustrasi berikut bisa menjadi gambaran bagaimana pembodohan tersebut.

Suatu hari Aseng berkata pada temannya : ” Fulan, mau masuk surga?” dengan bergairah Fulan menjawab : ”Mau dong!. Bagaimana caranya?” Tidak lama kemudian, Aseng menjawab :” Gampang. Dengan biaya Rp. 100.000,- saja, saya jamin kamu nanti meninggal pasti masuk surga” Dengan rasa tidak percaya, Fulan menyahut : ” Semudah itu? Bagaimana mungkin?” Aseng memberikan solusi :” Begini kawan, saya berikan sertifikat jaminan masuk surga dan kamu membayar seratus ribu saja.” Fulan menyambung : ”Kamu ngomong kaya penjual asuransi saja.” Aseng menimpali :”Begini Lan. Kalau ternyata kamu meninggal tidak masuk surga, kamu boleh klaim kepadaku. Aku jamin dengan nyawaku deh. Tapi bayar seratus ribulah sebagai upah capekku buatin sertifikat. Sekedar ongkos administrasi. Setuju?” Kalau kecelakaan bisa klaim dengan dasar sertifikat asuransi, tentulah hal yang sama bisa diberlakukan juga oleh Aseng.

Tentu kita akan berkata, mana mungkin orang mati bangun lagi untuk klaim bahwa dirinya tidak masuk surga. Demikian pula pembodohan yang dilakukan oleh pemberi janji surga. Sesungguhnya para pemberi janji pada mesin pembunuh dengan dalih sebagai pengantin. Jika meninggal akan disambut bidadari adalah penipu kelas wahid. Mereka sendiri tidak berani memberikan jaminan sebagaimana yang Aseng perbuat. Bagi saya, lebih baik milih Aseng. Tidak mati, tapi dijamin masuk surga. Nyawa si Aseng lagi jaminannya. Pemberi janji surga, mereka hanya ahli kitab yang hanya memiliki pemahaman kulit dari ajaran suci para nabi. Apapun agamanya. Belum memahami makna isi kitab suci itu. Kalau mereka memahami pesan para nabi tentu akan berkata lain. Mereka hanya para pedagang, mau sembahyang dengan imbalan. Surga. Pembodohan halal, dijamin. Mungkin ada yang mempertanyakan, kenapa dikatakan dengan Pembodohan yang dihalalkan. Karena sekarang musimnya peraturan halal dan haram bagi makanan, bahkan mau dibuat undang-undang. Jadi karena penggemar pembuatan peraturan halal dan haram diam, saya sebut saja demikian. Dengan kata lain, diam berarti halal.

Terbayang tidak, bagaimana para nabi tidak frustasi. Saya yakin seribu persen, jika para nabipun lahir kembali dan melihat ajaran beliau diselewengkan demi surga, para orang suci ini bisa mati berdiri karena kheki. Semua ajaran para nabi mempunyai satu tujuan yang sama, memberikan rahmat bagi semesta. Tiada satupun ajaran nabi yang mengatakan bahwa ajarannya bersifat mencelakakan orang. Situasi dan kondisi para pengikutnya atau masyarakat pada waktu itu yang mewarnai ajaran nabi. Sehingga, jika kita memiliki pandangan yang sedikit lebih dalam bisa menyimpulkan bahwa ajaran nabi tertentu hanya cocok bagi masyarakat pada saat itu saja. Jadi dalam hal ini , kita harus mampu memilah secara bijak. Mana yang ajaran yang diperuntukkan secara universal, mana yang hanya untuk masyarakat lokal. Tidaklah mungkin para nabi memberikan ajaran suci bagi mereka yang tidak ada di sekitarnya. Tentulah ajaran yang diberikan merupakan solusi bagi permasalahan dari masyarakat pada saat nabi hidup.Sebagai contoh Nabiku tercinta Muhammad pernah menyampaikan bahwa sebaiknya berbuka puasa didahului dengan makan kurma. Kita tahu bersama bahwa tumbuhan kurma adalah tanaman padang pasir. Seandainya ada nabi yang lahir di Indonesia tentulah tidak akan menganjurkan makan kurma sebagai makanan pembatal puasa. Karena kurma tidak tumbuh di kepulauan Indonesia. Jadi janganlah membutakan hati bahwa semua ajaran nabi bisa diberlakukan bagi semua bangsa. Yang baik adalah jika ajaran nabi disesuaikan dengan budaya setempat. Akulturisasi. Demikian anjuran para bijak.


No comments:

>>>

-



-