29 May 2010

Setangkai Mawar Cinta


Dipuncak, terlihat hamparan hidup yang bergelombang, terjal, miring dan mendaki. Di puncak, terlihat lautan jiwa yang sedang khusuk membaktikan diri dalam alunan hasrat, melaju dalam derunya gejolak.



Cucuran keringat, tetesan air mata, berarak menyandera jiwa-berbadan yang mulai letih menapak jalanan, sekian lama waktu yang tertempuh, sekian jauh jarak yang terkayuh, ternyata tak mampu melerai gundah, jiwa berpetualang dalam berbagai raga, melukis setiap hasrat yang tak kunjung mengering,



Harta, tahta dan cinta, kenyamanan, harapan, kepahlawanan, hilir mudik mengantri ingin dipersunting. Setiap jiwa bergolak dalam hasrat, memelihara mimpi sebagai janji. Arus kehidupan mengalir deras. Anak-anak kehidupan berlomba menuangkan makna,

Di puncak, sang jiwa yang tenang mulai melihat, bahwa setiap jiwa sedang bertumbuh dalam alurnya, Di punjak, semua terlihat sebagai pengalaman yang mesti di lalui.

Buih-buih tetes embun menyeka luka, hangatnya sinar pagi membawa berita. Desir angin lembut membelai sukma, gelapnya senja mengurai makna. Roda waktu menggelinding menembus awan, mengantar setiap parsembahan suci ke puncak herarki. Sukma menari menyambut gerak kehidupan mengalun dalam untaian nada-nada cinta. memanggil setiap hati bicara.

Semua ini, tarian ini, nyanyian ini semuanya tentang cinta, tidak ada lain di luarnya. Setiap alur hidup adalah ungkapan cinta, setiap pengalaman hidup adalah ungkapan cinta, setiap pengetahuan yang lahir dari hidup adalah ungkapan cinta, setiap pemahaman tentang hidup adalah ungkapan cinta, setiap kebijakan yang lahir dari rahim hidup adalah ungkapan cinta.
Cinta adalah air dalam samudera kehidupan.

Namun, semua hal itu hanya dapat terlihat jelas dari puncak. Di lembah, di alam bawah masih terus terjadi gejolak dan pertentangan, karena setiap pikiran merajakan ego, menempatkan setiap illusi yang terjadi sebagai janji, mendahulukan gelora sebagai senjata, tanpa mengetahui bahwa sesungguhnya hal itu hanyalah tamu yang sebentar lagi bakal tiada.

Ini bukan mengenai bahasa yang sulit namun mengenai pemahaman yang sederhana. Karena sesungguhnya tiada sesuatu yang mendua. Satu makna yang sama bisa di ingkapkan dalam berbagai bahasa yang berbeda. Satu ungkapan cinta dapat di pahami dalam seribu suara yang berbeda. Namun kesejukan cinta tak bisa di tolak oleh siapa saja.

Seperti air di gunung, air di sungai, air di danau, air di kolam-kolam, air di comberan, air di awan, air di lautan. Semua memiliki sifat yang sama, namun mempunyai peran yang berbeda. Di gunung ia menghidupi hutan-hutan, di sungai ia menyuburkan sawah-sawah, di danau ia membasahi tanah-tanah, di kolam ia menyenangkan ikan-ikan. Ia ada di mana-mana dan menghidupi apa saja. Itulah hakekat cinta.

Keberadaannya dalam setiap jiwa, untuk mengundang harapan akan kepastian, karena cinta bukan sekedar janji, cinta bukanlah illusi, cinta adalah gaung abadi keabadian. Ia ada dan selalu ada, ada untuk menguji dan memberi, ada untuk setiap janji, ialah sang penghibur sejati.

Dalam cinta segala sesuatu satu adanya, tak ada lagi dinding pemisah, setiap langkah kehidupan, setiap derap keberadaan adalah langkah-langkah cinta yang tersembunyi. Setiap kegelisahan, setiap kegundahan, setiap harapan, setiap sukacita kehidupan adalah cinta yang terbungkus misteri, dan semua hal itu nampak nyata, karena pandangan kita masih berada di lantai bawah. Namun di atas, di puncak, semua itu hanya permainan belaka.

Setangkai mawar ini, setangkai mawar cinta ini, adalah pemberian dari kekasihku. Ia sedang menawarkan cinta suci untukku dan sebagai tanda agar aku segera menemui-Nya, di sini, di lantai ini segala sesuatunya terlalu resah. Ia tidak ingin menemuiku di sini. Ia kini telah mengundangku, undangan yang bersifat sangat pribadi. Ia sedang menungguiku di puncak, aku harus segera kesana untuk menemui-Nya. Oh Kekasih tunggulah aku dalam cinta-Mu.

Terimakasih Cinta.

No comments:

>>>

-



-