30 May 2010

Pengetahuan Jalan Memutar Memasuki Rumah Sang Kekasih


Larut dalam cinta dan bersimfoni dengan keindahan adalah langkah-langkah tercepat meniti gerbang pelepasan, menyatu kembali dengan keberadaan sang kekasih, wujud tunggal penciptaan. Tetapi mengapa mesti ada perjalanan waktu, pengalaman, pemahaman dan pengetahuan dalam setiap rute perjalanan yang terhampar.


Bukankah hidup dalam cinta dalam keselarasan dan keindahan sudah cukup untuk menghantarmu ke ketinggian, mengapa mesti merepotkan diri dalam alur waktu yang panjang membelit diri dengan setumpuk pengalaman dan pemahaman untuk hanya sekedar mencapai kebijakan dan berbuat baik.


Bagaikan memasuki rumah Allah yang tak berdaun pintu, itulah perjalanan cinta, setelah memasuki rumah-Nya, Ia sang kekasih telah menunggu di ranjang ia menunggu untuk segera bercinta. Tidak ada hal yang perlu di pikirkan dan di pahami ia ada hanya untuk bercinta, ia menungguimu hanya untuk hal itu. Kita tak perlu capek berargumen.


Dalam tataran intelek kita ternyata terlalu banyak berbelit-belit untuk langsung bercinta. Sebelum memasuki rumahnya kita mesti berputar-putar untuk memasuki rumahnya, mengambil sekian banyak peralatan dan kunci gembok pintu untuk membuka rumahnya, kita terlalu banyak berpikir dan berkonsep untuk memasuki rumahnya yang sesungguhnya tak berdaun pintu.


Lalu mengapa mesti harus ada pengalaman dan pengetahuan untuk sekedar memasuki rumahnya yang ngoblak-oblak dan tak berdaun pintu?


Satu buah semangka memerlukan sinar matahari yang cukup untuk menjadikannya bertumbuh dan matang pada saatnya. Sinar matahari yang yang cukup akan membuat pertumbuhannya alami dan sehat, namun sinar matahari yang terlalu berlebihan dan kurang akan membuat pertumbuhannya terhambat.


Sebatang tanaman yang sedang bertumbuh memerlukan siraman air yang cukup untuk memastikan perkembangannya berjalan baik, namun siraman air yang terus menerus di lakukan yang menyebabkan kandungan air yang terlalu berlebih akan mengakibatkan tanaman itu akan membusuk dan mati.


Seseorang yang terlalu lama hidup dalam kenyamanan tidak akan pernah bisa memahami apa itu kekurangan, ia belum terlatih dalam ketidak-pastian, dan sekali ia terjatuh maka kehidupannya bisa langsung berakibat fatal.


Ketenaran, kekayaan dan berbagai bentuk kenyaman lain sering melengahkan dan membuat hidup seseorang semakin terikat dengan hal-hal kebendaan yang sesungguhnya tidak langgeng. Memang semua hal itu perlu dan sangat di perlukan, namun keterikatan kita terhadap merekalah yang perlu di kendorkan dan di tinjau ulang. Seperti memegang kapak untuk membelah kayu, bila pegangan tangan kita terlalu kuat saat kapak di ayunkan maka telapak tangan kita akan terluka oleh tekanan gagang kapak. Sesorang yang hidup telalu lama dalam kenyaman dalam akhir hayatnya sering harus berlama-lama opname di rumah sakit, sebelum meninggal. Memerlukan waktu yang lama untuk melepaskan segala keterikatan duniawinya.


Berikan pada sesorang dengan apa yang ia anggap sebagai kebaikan secara- terus menerus, maka niscaya hal itu akan membuatnya lemah sehingga ia tak lagi bisa percaya diri dan memahami apa itu rasa kepuasan dan bahagia.


Melalui berbagai pengalaman dan pengetahuan diri dalam bertumbuh menggapai ketinggian, adalah bekal yang mampu digunakan untuk menjawab setiap cercaan, celaan dan ketergantungan akibat kekurangtahuan diri. Maka di saat itulah kita dapat bertindak mana yang perlu di pegang mana yang perlu dilepas agar kita mampu bertumbuh terlepas dari hempasan luka. Menyetujui hal ini sebagai sesuatu yang mungkin terjadi, maka akan menepis segala pertanyaan yang selama ini ragu kita ajukan.



Terimakasih Guru, untuk setiap pemahaman yang membebaskan ini.

Jaya Guru Deva.

No comments:

>>>

-



-