19 July 2010

Pesan-Pesan Zen dari Rinzai


PESAN-PESAN ZEN DARI RINZAI
Oleh Ahmad Yulden Erwin


PENGANTAR PENERJEMAH

Ada seorang sahabat yang bertanya kepada saya mengenai hakekat ajaran Zen Rinzai seperti yang tertulis pada artikel berjudul "Pesan-pesan Zen dari Rinzai" yang saya terjemahkan beberapa tahun lalu.

Saya jawab: "Rinzai memang bodoh. Seharusnya dia menampar pipinya berulang kali dan mementung kepalanya sendiri yang keempat kali dengan tongkat kayu gurunya, Huang-po, sebelum membabarkan Dharma. Sayang sekali, semua orang kini justru cuma membaca omong kosongnya yang dianggap sebagai Dharma, tanpa pernah sekali pun merasakan getokan tongkat kayu Huang-po di kepalanya."

Sahabat saya kembali bertanya: "Lho, kok bisa begitu? Lalu, kalau kamu sekarang ketemu dengan Rinzai, apa yang akan kamu lakukan?"

Saya jawab: "Hahahaha, gampang. Saya akan kembali mementung kepalanya dengan tongkat kayu. TRAK!"

Sahabat saya kembali bertanya: "Lho, kok bisa begitu? Memangnya hakikat ajaran Zen Rinzai itu cuma pentung-pentungan, bentak-bentakan, tampar-tamparan?"

Saya jawab: "Memangnya Zen itu cuma kata-kata?"

---------------------------------------------------


PESAN-PESAN ZEN DARI RINZAI
(Translation in English by Burton Watson, Paul Reps, and D.T.Suzuki from "The Zen Teachings of Master Lin-Chi")

1
Para penempuh Jalan, jangan menganggap Buddha sebagai semacam tujuan akhir. Menurutku, Buddha tak lebih seperti lubang kakus. Para Bodhisattva dan Arhat hanya menjadi rantai yang membelenggu orang-orang yang mempercayai mereka. Oleh karena itu, Manjushri mencabut pedangnya, siap untuk membunuh Gautama. Dan Angulimala, dengan sebilah pisau di tangan, mencoba melukai Shakyamuni.

2
Hal yang paling mendesak saat ini adalah kamu harus menemukan kenyataan, pemahaman, dan persepsi yang benar, baru setelah itu kamu dapat bebas di dunia ini dan tidak dibingungkan oleh para penganut spiritualisme biasa, yang hanya disibukkan dengan hal-hal dangkal. Hal terbaik untuk dilakukan adalah "tidak memiliki obsesi". Namun, jangan pula berusaha untuk "tidak memiliki obsesi". Lantas bagaimana caranya? Biasa-biasa saja, cukuplah menjadi dirimu sendiri. Kamu selama ini selalu cenderung untuk mencari berbagai hal di tempat lain, di luar dirimu sendiri. Kamu selalu mengandalkan orang lain, daripada menggunakan kedua tangan dan kakimu sendiri, dan ini adalah pandangan yang keliru.

3
Kesadaran-Murni dapat memasuki yang biasa, yang suci, yang bersih, yang kotor, yang sejati, hingga yang umum; tetapi Kesadaran-Murni bukanlah pikiran-pikiranmu tentang "yang sejati" atau "yang umum", "yang biasa" atau "yang suci". Kesadaran-Murni dapat menaruh label pada semua hal, baik yang umum maupun yang sejati, yang biasa maupun yang suci. Tetapi, yang umum dan yang sejatil, yang biasa dan yang suci, tidak bisa memberi label pada Kesadaran-Murni di dalam diri seseorang. Jika kamu dapat meraih Kesadaran-Murni, maka gunakanlah Kesadaran-Murni itu, tanpa meletakkan label apa pun pada Kesadaran-Murni itu.

4
Ketika para pengikut Zen datang menemuiku, aku memahami mereka dengan sepenuhnya. Bagaimana mungkin aku melakukan hal ini? Hal ini terjadi karena persepsiku mandiri -- secara eksternal aku tidak menyerap yang biasa atau yang suci, secara internal aku tidak memikirkan hal yang sejati. Aku selalu "Terjaga" di semua jalan dan tidak ada lagi keraguan, sehingga aku tak lagi berbuat salah.

5
Enam "Kesadaran-Pancaindera" yang telah tercerahkan adalah kemampuan untuk memasuki dunia penglihatan tanpa dibingungkan oleh bentuk, kemampuan untuk memasuki dunia pendengaran tanpa dibingungkan oleh bunyi, kemampuan untuk memasuki dunia pembauan tanpa dibingungkan oleh bau, kemampuan untuk memasuki dunia pencecapan tanpa dibingungkan oleh rasa di lidah, kemampuan untuk masuk dunia perabaan tanpa dibingungkan oleh benda-benda, serta kemampuan untuk memasuki dunia pikiran tanpa dibingungkan oleh pemikiran.

6
Cukuplah untuk menjadi mandiri di mana saja kamu berada, dan selalu sadar! Maka situasi apa pun yang muncul tidak bisa mengubah kamu. Sekalipun kamu mempunyai kebiasaan tidak baik, kamu akan secara spontan dibebaskan dari kebiasaan yang tidak baik itu.

7
Jika kamu ingin dapat merasa dan memahami secara obyektif, jangan ijinkan dirimu dibingungkan oleh pendapat atau prasangka orang lain. Lepaskan semua yang kamu anggap sebagai milikmu, baik di dalam maupun di luar dirimu -- lepaskan dirimu dari berbagai agama, tradisi, dan segala hal yang telah dikondisikan oleh masyarakat, dan baru setelah itu kamu akan mencapai pembebasan. Ketika kamu tidak terikat lagi oleh berbagai hal, maka berarti kamu telah bebas dan menjadi mandiri.

8
Ketika aku berkata tidak ada apapun di luar diri, para murid yang tidak memahami aku, menafsirkan hal ini dalam kaitannya semata-mata dengan dunia batin, sehingga mereka duduk diam dan tak melakukan apa-apa. Lalu mereka menganggap bahwa hal itu adalah Zen. Sungguh, ini adalah suatu kekeliruan besar. Jika kamu menganggap keadaan pasif itu sebagai Zen, maka berarti kamu menganggap kemalasan sebagai guru, kamu telah diperbudak oleh kebodohanmu sendiri.

9
Jika kamu mencoba untuk menghayati Zen di dalam gerakan, hal itu berarti kamu sedang memasuki keheningan. Jika kamu mencoba untuk menghayati Zen di dalam keheningan, hal itu berarti kamu sedang memasuki gerak. Hal itu seperti seekor ikan yang pergi meninggalkan suatu mata air, mengikuti gerak arus, dan menari dengan bebas. Gerak dan keheningan adalah dua keadaan. Guru Zen, yang tidak tergantung pada apapun, menggunakan dengan bebas baik gerak maupun keheningan.

10
Para pengikut yang buta, sering menyalahartikan Zen. Mereka seperti orang yang memakan batu kerikil, sibuk melakukan Zazen (meditasi duduk) dan berbagai latihan meditasi lainnya. Mereka juga selalu sibuk mengendalikan pikiran mereka, takut dengan kebisingan dan begitu gelisah untuk mencari ketenangan. Semua itu bukanlah Zen, sebab mereka masih terjebak pada bentuk-bentuk luar yang mereka nama sebagai Zen.

11
Para murid Zen berada di dalam rantai ketika mereka pergi kepada seorang guru, dan guru menambahkan rantai yang lainnya. Para murid dibutakan, tidak mampu untuk membedakan satu hal dari hal lainnya. Ini disebut seorang tamu memperhatikan seorang tamu.

12
Setiap orang yang ingin menempuh Jalan, harus bertekad untuk menemukan Kesadaran-Murni. Ketika Kesadaran-Murni ini ditemukan, maka kamu tidak akan dipengaruhi lagi oleh siklus kelahiran dan kematian. Saat berjalan atau diam, kamu akan tetap menjadi guru bagi dirimu sendiri. Bahkan ketika kamu tidak berusaha untuk mencapai sesuatu yang luar biasa, hal yang luar biasa itu justru akan datang kepada kamu dengan sendirinya.

13
O, para penempuh Jalan, sejak zaman dahulu, masing-masing pendahuluku mempunyai jalannya sendiri untuk melatih para muridnya. Namun, sesungguhnya, seperti juga Jalanku saat ini, Jalan itu hanya satu adanya, yaitu: memandu setiap orang agar tidak tertipu oleh orang lain, hingga mereka bisa menemukan Jati-Diri mereka sendiri. Jadilah "mandiri". Dan teruskan perjalananmu kapan pun kamu menginginkannya: tanpa keraguan.

14
Apakah kamu mengetahui satu jenis penyakit mental yang membuat kamu terhalang untuk mencapai Kesadaran-Murni? Penyakit itu benama "ilusi". Dan ilusi itu timbul ketika kamu tidak punya keyakinan di dalam dirimu. Ketika keyakinan di dalam dirimu berkurang, maka kamu pastikan akan menemukan dirimu diseret oleh orang lain di setiap Jalan. Pada setiap pertemuan dengan seseorang yang kamu anggap sebagai guru, kamu justru akan dikendalikan oleh orang itu dengan berbagai cara. Dan kamu tidak lagi menjadi guru bagi dirimu sendiri.

15
Sesungguhnya segala yang diperlukan hanyalah: segera menghentikan dirimu untuk mencari hal-hal yang eksternal. Ketika hal ini dilaksanakan, maka kamu akan menemukan bahwa Dirimu tidak berbeda dari para Buddha atau Tetua Zen. Tahukah kamu siapa sesungguhnya yang disebut Buddha atau Tetua Zen? Ia tak lain adalah orang yang pada saat ini duduk di hadapanku, mendengarkan pembabaranku tentang Dharma. Namun, karena kamu tidak punya keyakinan diri, maka kamu selalu sibuk mencari yang lain di suatu tempat di luar dirimu. Lantas apakah yang akan kautemukan? Tak lain hanya kata-kata dan nama, bagaimana pun sempurnanya. Kau tidak akan pernah mencapai Kesadaran-Murni seperti yang telah dicapai oleh para Buddha atau Tetua Zen.

16
Yakinlah, wahai para penempuh Jalan, jika kamu tidak menemukan Jati-Diri di dalam hidup kali ini, maka kamu akan berulang kali dilahirkan di dalam ketiga dunia, yaitu dunia ketamakan, dunia kemarahan, dan dunia ilusi. Kamu akan "menjadi" sesuai dengan "apa yang kamu pikirkan". Tetapi, sungguh malang, bila kamu berpikir telah lahir dalam kondisi yang tercerahkan dan bahagia, padahal kamu masih berada dalam ketidaksadaran dan duka.

17
Namun, O, para penempuh Jalan, sesungguhnya kamu tidaklah berbeda dari Shakyamuni. Dalam semua aktivitas sehari-hari, adakah yang kita rasakan kurang? Padahal dengan sangat indah, cahaya dari enam "Kesadaran-Pancaindera" tak pernah sedetik pun berhenti terpancar. Jika kamu bisa melihat Jalan ini, maka kamu akan menjadi orang yang "Terjaga", dan tidak ada yang musti kamu cari lagi di dalam sisa hidupmu.

18
O, penempuh Jalan yang teguh dalam keyakinan, tidak ada keselamatan di dalam ketiga dunia itu, yaitu: dunia ketamakan, dunia kemarahan, dan dunia ilusi. Ketiga dunia itu seperti suatu rumah yang terbakar. Ketiga dunia itu bukan tempat bagimu untuk hidup abadi! Sifat tidak tahan lama merupakan "hukum" di dalam ketiga dunia itu. Dan kematian akan segera menyerangmu, tidak peduli apakah kamu orang miskin atau kaya, orang muda atau tua.

19
Jika kamu ingin tidak berbeda dari para Buddha dan Tetua Zen, jangan pernah mencari sesuatu di luar dirimu sendiri. Pikiran-Yang-Murni adalah Tubuh-Hakiki-Buddha yang berdiam di dalam dirimu. Pikiran-Yang-Tidak-Memisahkan adalah Tubuh-Karma-Buddha yang ada di dalam dirimu. Pikiran Yang-Tidak-Mendiskriminasi adalah Tubuh-Transformatif-Buddha yang ada di dalam dirimu. Tiga jenis Tubuh-Buddha ini berada dalam dirimu sendiri, orang yang berdiri di hadapanku sekarang dan mendengarkan pengajaran tentang Dharma! Dan hanya jika kamu tidak cepat-cepat mencari sesuatu di luar dirimu sendiri, maka kamu dapat menggunakan ketiga Tubuh-Buddha yang bagus ini.

20
Menurut kitab suci dan berbagai risalah Buddhisme, ketiga Tubuh-Buddha itu merupakan tujuan terakhir dari seorang penempuh Jalan. Tetapi menurutku, ketiga Tubuh-Buddha itu bukanlah tujuan akhir. Ketiga Tubuh-Buddha itu tak lain hanya sekedar konsep.

21
Sebab, wahai para penempuh Jalan, badan fisikmu tersusun dari empat unsur yang tidak mengetahui bagaimana cara mengkhotbahkan Dharma atau mendengarkan Dharma. Perut dan limpamu, empedu dan hatimu, tak mengetahui bagaimana cara mengkhotbahkan Dharma atau mendengarkan Dharma. Ruang yang kosong tidak mengetahui bagaimana cara mengkhotbahkan Dharma atau mendengarkan Dharma. Lantas siapakah yang mengetahui bagaimana cara mengkhotbahkan Dharma atau mendengarkan Dharma? Yang mengetahui itu adalah Jati-Dirimu, Cahaya Yang Tunggal, tanpa bentuk apa pun. Hanya Jati-Dirimu yang mengetahui bagaimana cara mengkhotbahkan Dharma dan mendengarkan Dharma. Jika kamu dapat melihat Jalan ini, kamu tidak berbeda dari para Buddha dan Tetua Zen.

22
Jati-Dirimu itu tidak pernah sekejap pun berpisah darimu. Jati-Dirimu juga ada di mana-mana, segala yang kaulihat adalah Jati-Dirimu. Tetapi ketika yang merasa melihat dan mengetahui itu mulai muncul, maka kebijaksanaan dihalangi. Ketika si peragu dalam pemikiran muncul, maka kenyataan menghilang. Oleh karena itulah kamu selalu dilahirkan kembali berulang-ulang di dalam ketiga dunia dan mengalami bermacam kesengsaraan. Tetapi menurutku, tidak satupun dari kamu yang tidak mampu mencapai pemahaman mendalam ini, tidak satupun dari kamu yang tidak mampu mencapai pembebasan.

23
Para pengikut Jalan, apa yang disebut Kesadaran-Murni tidak punya bentuk yang tetap; Kesadaran-Murni menembus semua dari sepuluh arah. Di dalam mata, kita menyebutnya penglihatan; di dalam telinga, kita menyebutnya pendengaran; di dalam hidung, kita menyebutnya penciuman; di dalam mulut, kita menyebutnya pembicaraan; di dalam tangan, kita menyebutnya perabaan; di dalam kaki kita menyebutnya kemampuan untuk berlari. Pada dasarnya Kesadaran-Murni ini merupakan suatu intisari cerdas yang tunggal, tetapi Kesadaran-Murni itu juga membagi dirinya sendiri ke dalam enam fungsi. Dan karena Kesadaran-Murni yang tunggal ini tidak punya bentuk yang tetap, maka di mana-mana Kesadaran-Murni ini berada dalam keadaan bebas.

24
Seseorang bertanya: "Apakah Setan itu?" Rinzai berkata: "Jika kamu mempunyai keraguan di dalam pikiranmu untuk sekejap saja, itulah Setan. Tetapi jika kamu dapat memahami bahwa sepuluh ribu gejala tidak pernah dilahirkan, bahwa pikiran hanyalah seperti suatu muslihat tukang sihir. Di dalam muslihat pikiran itu, memang tak satu butir debu pun yang ada, tak satu gejala pun yang muncul. Maka, segalanya akan terlihat bersih dan murni, dan segalanya akan menjadi Buddha. Buddha dan Setan hanya mengacu pada dua bentuk keadaan, dari satu 'Keadaan-Murni' yang sama. Menurutku, di dalam 'Keadaan-Murni' itu tidak ada Buddha, tidak ada mahluk hidup, tidak ada masa lalu, tidak ada masa kini. Jika kamu ingin mengalami 'Keadaan-Murni' itu, maka kamu justru tidak akan pernah mengalami 'Keadaan-Murni' itu, karena hal itu berarti kamu memerlukan upaya, dan setiap upaya berarti memerlukan jangka waktu, sedangkan 'Keadaan-Murni' itu mengatasi waktu. Di sana tidak ada praktek religius, tidak ada pencerahan, tidak ada apa pun yang perlu dicapai, dan tidak ada yang akan kehilangan apa pun. Hanya inilah Dharma, tak ada Dharma yang lain. Jika seseorang mengaku ada suatu Dharma yang lebih tinggi daripada ini, maka aku katakan bahwa hal itu hanyalah suatu mimpi, atau semacam hantu. Semua yang aku harus katakan kepadamu hanyalah ini.

25
Para penempuh Jalan, Kesadaran-Murni yang tunggal ini, yang ada di depan mataku sekarang, adalah orang yang saat ini dengan bersahaja mendengarkan aku -- orang yang tidak dirintangi oleh apa pun, tetapi Kesadarannya menembus ke sepuluh arah, dan sepenuhnya bebas. Apa pun juga lingkungan yang ia hadapi, dengan keanehan dan perbedaannya, ia tidak bisa digoyang atau ditarik ke kondisi yang serba salah lagi. Lantas di dalam Kekosongan, pada suatu saat tertentu, ia pun membuat jalannya sendiri ke dalam Realitas-Dharma. Setelah itu, jika ia bertemu seorang Buddha, maka ia khotbahkan "Hal Itu" kepada Buddha. Jika ia bertemu seorang Tetua Zen, maka ia khotbahkan "Hal Itu" kepada Tetua Zen. Jika ia bertemu seorang Arhat, ia khotbahkan "Hal Itu" kepada Arhat. Jika ia bertemu hantu lapar, maka ia khotbahkan "Hal Itu" juga kepada hantu lapar. Ia bebas pergi ke mana pun, mengembara melalui banyak negeri, membagikan pengajaran dan mentransformasi hidup setiap mahluk, meskipun demikian ia tidak pernah terpisah dari Kesadaran-Murni yang tunggal ini. Tiap-tiap tempat baginya adalah bersih dan murni, pencerahannya menembus ke sepuluh arah, sepuluh ribu gejala baginya hanyalah satu kesatuan yang tak terpisahkan.

26
Seseorang bertanya: "Apa Tujuan Bodhidharma datang dari barat?" Rinzai berkata: "Jika ia memiliki suatu tujuan, ia bahkan tidak akan pernah mampu menyelamatkan dirinya sendiri!" Penanya berkata: "Jika ia tidak punya tujuan, lantas bagaimana cara Tetua Zen Kedua, Hui-Ke, mendapatkan Dharma itu?" Rinzai berkata: "Berupaya artinya tanpa upaya." Penanya berkata: "Jika berupaya artinya tanpa upaya, maka apa maksudmu dengan tidak berupaya?" Rinzai berkata: "Kamu terlihat tidak bisa menghentikan pikiranmu yang selalu bergerak tergesa dan mencari sesuatu yang tak jelas di luar dirimu sendiri. Itulah mengapa seorang Tetua Zen berkata: 'Sungguh sia-sia para pengikut itu -- mereka menggunakan kepala untuk mencari kepala mereka sendiri!' Kamu saat ini harus segera memutar cahayamu yang selalu terarah ke luar agar bersinar menerangi dirimu, yang berarti tidak mencari sesuatu di luar dirimu sendiri. Kemudian kamu akan memahami bahwa di dalam jiwa dan ragamu itu, 'Ada' yang tidak berbeda dari para Tetua Zen dan Buddha, sehingga tidak ada satu pun yang perlu dilakukan lagi. Laksanakan hal itu, baru setelah itu kamu boleh berbicara tentang upaya untuk meraih Dharma."

27
Para penempuh Jalan, tidak ada Buddha untuk dicapai. Seluruh ajaran ini hanyalah obat untuk menyembuhkan penyakit. Dan semuanya tidak mempunyai Realitas.

28
Aku tidak punya ajaran untuk diberikan kepada orang-orang. Aku hanya mengobati penyakit dan membuka kunci belenggu.

29
Seseorang yang selaras dengan Zen dari saat ke saat tidak pernah mengijinkan gangguan apa pun di dalam pikirannya. Ketika Sang Guru Besar, Bodhidharma, datang dari barat, ia hanya mencari seorang manusia yang tidak akan disesatkan oleh segala sesuatu di luar dirinya. Kemudian Tetua Zen Kedua, Hui-ke, bertemu Bodhidharma, dan setelah ia mendengar satu kalimat dari Bodhidharma, ia pun tercerahkan. Begitulah, untuk pertama kali, ia menyadari bahwa selama ini ia telah disibukkan dengan berbagai usaha yang sia-sia.

30
"Kesadaranku Saat Ini" adalah "tidak berbeda" dari "Para Tetua Zen dan Buddha". Jika kamu menjadi sadar dengan ungkapan yang pertama, kamu bisa menjadi seorang guru bagi Para Tetua Zen dan Buddha. Jika kamu menjadi sadar dengan ungkapan yang kedua, kamu bisa menjadi seorang guru bagi manusia dan mahluk surgawi. Jika kamu menjadi sadar hanya dengan ungkapan yang ketiga, kamu tidak akan bisa menyelamatkan dirimu sendiri!


KETERANGAN:
Rinzai atau Lin-chi adalah seorang Master Zen yang hidup di Cina dan meninggal pada tahun 867 Masehi. Sebagai seorang Master Zen, metode mengajarnya sangat unik, sehingga Osho -- seorang Master Spiritual dari India pada abad ke-20 -- menjuluki Rinzai sebagai The Master of Irrasional. Gaya mengajarnya tidak lazim seperti para Guru Zen lain pada masanya, yaitu dengan menggunakan teriakan: "HAH!", dengan cekikan, tamparan, bantingan, dan cerita-cerita paradoks yang sekarang dikenal dengan istilah "Koan". Di tangan Rinzai, ajaran Zen berkembang dari sekedar satu sekte dalam Buddhisme menjadi ajaran "Spiritual Universal". Seperti juga para pendahulunya, yaitu Bodhidharma atau Hui-ke atau Hui-neng, Rinzai memang telah mencapai hakikat Zen. Bagi Rinzai apa yang disebut dengan istilah Buddha, Dharma, Kesadaran-Murni, pikiran, aktivitas sehari-hari, dan benda-benda adalah "Satu". Semua itu hanyalah sekedar istilah untuk mengungkapkan satu "Keadaan-Murni" yang saat ini sering disebut sebagai "Tauhid-Universal", atau Kesatuan-Dari-Segala-Sesuatu, atau Keberadaan itu sendiri.

No comments:

>>>

-



-