21 October 2010

Menggapai Jiwa Yang Cair



Kelembutan dan hati yang cair adalah salah satu hasil dari olah spiritual, sesuatu yang cair dan lembut akan mampu meresap kedalam pori-pori, ia akan menyusup diantara sela-sela dan sudut-sudut yang sulit terjangkau. Ia seperti air yang lembut dan sejuk yang memberikan banyak kenyamanan dan kesegaran, menghilangkan rasa dahaga, ia juga berguna dalam membersihkan setiap kotoran dan melarutkannya. 
Dan sesungguhnya dalam kelembutan itu tersimpan energi yang sangat dahsyat, energi yang mampu, meluluhkan kekerasan hati. Ya hanya kelembutan satu-satunya kekuatan yang mampu mengikis setiap kealotan dan kekerasan.

Kelembutan hati adalah hasil dari olah bathin yang intens, dimana bathin selalu mengarahkan diri untuk dapat senantiasa selaras dengan alam, sinkron dengan hukum-hukum semesta. Sebuah tindakan yang memerlukan segenap power segenap daya dan upaya dalam meraihnya.

Setiap jiwa yang sadar akan senantiasa cair ia akan mengalir dalam arus kehidupan, ia akan fokus dalam berkarya dan berdaya upaya berselaras dengan cetak biru hidupnya. Mungkin akan banyak aral dan rintangan yang menghadangnya di jalan, namun demi kemuliaan jiwanya, demi peningkatan kesadarannya ia akan perpegang teguh kepada kebenaran, ia akan meletakkan proses pemuliaan jiwanya sebagai bagian dan tujuan utama dalam perjalanan hidupnya.

Kadang ia berlari, kadang ia berjalan lamban, kadang ia terperosok dalam kubang, namun benih-benih kesadaran yang telah tumbuh terus membimbingnya ke arah kesempuranaan. Tidak peduli cepat atau lambat, namun ia yang yakin dan berfokus dengan segenap jiwa dan raganya akan sampai. Keberadaan akan membimbingnya.

Dalam salah satu surat cinta ‘Boss Besar’ disampaikan, “Seorang Buddha bisa merayakan hidup setiap saat dan dalam setiap keadaan, karena ia sadar bahwa sesungguhnya kekeruhan dan kejernihan bukanlah dua hal yang berbeda. Air yang keruh akan jernih kembali dan air yang jernih akan menjadi keruh untuk menjadi jernih kembali. Berada dalam kekeruhan – ia tidak akan mengeluh, karena ia sadar bahwa kekeruhan hanya bersifat sementara. Begitu pula di tengah kejernihan, ia tidak akan menjadi senang, lalu angkuh, karena ia sadar bahwa kejernihan pun bersifat sementara.”

Setiap pejalan dalam jalur spiritual sesungguhnya sedang berada pada jalur sunyi yang komplek, diperlukan tas ransel dan keyakinan yang kuat untuk menempuhnya. Ketika keyakinan telah tumbuh menjadi hasrat yang kuat maka bimbingan dari alam akan turun. Seorang guru akan datang memandu dan menyempurnakannya.

Keyakinan dan kepasrahan total kepada nilai-nilai kebenaran yang harmoni dengan alamlah yang akan menghantarkannya mengalir bersama lajunya sungai kehidupan. Yang akan menjadikannya jiwa yang cair jiwa yang lembut jiwa yang sanggup meluluhkan kristal-kristal jiwa yang beku.

Jiwa yang keras alot, hanya akan melahirkan kekerasan, maka ia perlu dilembutkan dicairkan, karena sesuatu yang keras dan tidak dapat larut hanya akan menjadi tumpukan-tumbukan sampah, ya tumpukan sampah bathin yang menganggu perjalanan jiwa untuk kembali ke asalnya. Salam.

Terimakasih Guru, Jaya Guru Deva.

No comments:

>>>

-



-