21 July 2010

Lebah Jantan Pedesaan Tidak Memperbaiki Masa Depan



Catatan Muhammad Abbasi

Sebuah terjemahan bebas
Madrasah-madrasah terpencil mungkin mengubah anak-anak laki-laki menjadi lebah jantan liar, akan tetapi kemudian ada ribuan madrasah di seluruh wilayah pedesaan Pakistan yang akan menghasilkan jutaan lebah-lebah baru yang mungkin tidak akan menjadi pelaku bom bunuh diri tetapi sudah tidak selaras bagi kehidupan dunia. Anak-anak ini perlu diselamatkan.

Ambil seorang anak lelaki kecil dan penjarakan dia di madrasah terpencil. Jauhkan dia dari dunia dan halangi dia agar tidak berinteraksi dengan manusia. Doktrin dia dengan agama versi yang menyimpang dan ceritakan bahwa dia bukan milik dunia. Ajari dia tentang dunia indah yang menunggunya di surga, dan bahwa dalam rangka mencapai surga dia harus memusnahkan semua hal yang menghalanginya, termasuk tubuh miliknya.

Pada saat dia berusia enam belas, anak ini telah menjadi lebah jantan: pria yang bukan manusia. selain remaja segar, kami punya robot di urat nadi masyarakat yang siap meledakkan diri atas pesanan khusus.

Berkembang pesat di Pakistan, ini adalah eksperimen menakutkan dalam pencucian otak dan setaraf apabila tidak lebih buruk daripada perbaikan keturunan versi Nazi Jerman. Mereka berbuat atas nama ilmu pengetahuan; dan di sini, dilakukan atas nama Tuhan dan Agama. Dalam skala yang sangat besar, keberhasilan eksperimen yang luar biasa ini mempertahankan kemenangan secara alami.

Apakah kami menjadi narapidana sungguhan dari para keturunan kami? Apakah kami narapidana dari orang tua, guru dan masyarakat? Kami menjadi saksi dari pengaruh genetika terhadap lingkungan?

Pakar perilaku penerima hadiah Nobel telah mendapatkan bahan riset di Pakistan. Freud, Skinner atau Pavlov akan bekerja siang malam untuk mempelajari ini. Anjing-anjing Pavlov mengeluarkan air liur saat mendengar bunyi lonceng; lelaki muda ini akan meledakkan dirinya demi suara lonceng, lonceng dari telepon selulernya. Beri saya anak lelaki usia tujuh tahun, dan saya akan memperlihatkan padamu manusia tersebut setelah dewasa, ujar kaum Jesuit zaman dulu.

Mungkin sangat sinis, kata-kata kaum Jesuit tersebut, akan tetapi, faktanya tidak ada orang yang lebih memahami kerentanan otak anak kecil selain para pendeta. Di satu pihak, kita menyaksikan kewaspadaan orang tua kala guru datang ke rumah mengajar kitab suci kepada anak-anak mereka; dan di pihak lain ada orang-orang tua dari masyarakat yang sama yang memberikan anaknya ke madrasah yang dikelola pengajar sebelum anaknya berusia tujuh tahun, bahkan sampai mencapai usia 14 atau 15 atau selamanya.

Beri anak-anak pandangan umum. Beri anak-anak sikap terhadap pembatasan kelahiran atau keluarga berencana, keberlimpahan remaja adalah hasil alami. Dalam peningkatan penduduk, kami tidak jauh dari 6% indeks kenaikan penduduk dari negara model Saudi Arabia. Hal ini memberikan supply para remaja ke madrasah-madrasah terpencil. Disana termasuk yang diculik, yatim atau pun anak-anak terlantar. Kemudian ada orang tua yang terlampau miskin untuk membesarkan mereka. Mereka secara sederhana menjual atau mendermakan anak-anak lelaki untuk tabligh atau jihad atau tugas agama lainnya. Mereka memaknai perbuatan pengecut menjadi tindakan mulia.

Pengajar menyalahgunakan anak-anak telah berlangsung lama sepanjang ada pengajar dan anak-anak. Tetapi tidak ada yang terorganisir seperti yang terjadi di Pakistan. Penyalahgunaan ini (diluar penyalahgunaan seksual) membuat bencana. Melangkah ke luar dari kota besar, kamu akan melihat ratusan bahkan ribuan anak-anak kecil – dari usia enam sampai tiga puluh enam bulan. Sampai kini, anak-anak ini mengamati cara hidup mereka yang lebih tua, mereka hidup dan bersikap seperti anjing tak terlatih. Ini adalah kenyataan di Pakistan dan tak ada militer atau pemimpin politik yang susah tidur malam karena hal ini.

Salah kelola keamanan negara telah membuat pemerintahan terlalu sibuk sehingga pergerakan masyarakat menjadi prioritas yang rendah. Meskipun dalam dunia yang sempurna, pemimpin kami tidak dapat berbuat banyak tentang itu. Pekerjaan itu diluar kemampuan mereka. Hanya melaporkan itulah peran pemimpin selama tigapuluhan tahun terakhir. Mereka terikat protokoler dan tak ada waktu untuk yang lain.

Apakah ini tetap dan tak ada perubahan. Tidak, tidak dalam tiga dasa warsa lainnya. Tiga dasa warsa setelah mengerjakan hal ini. Penurunan drastis jumlah anak yang diproduksi, pendidikan modern untuk fondasi perang, sekolah dan guru standar dunia nomor satu. Maka mulai menghitung semuanya bersamaan di tempat ini.

Dari Zia ke Zardari, dan semua di antara mereka, tak seorang pun mengakui bahwa kami mempunyai masalah kelebihan penduduk. Demikian ini adalah ketakutan terhadap pandangan kaum agama konservatif.

Ini adalah persamaan: populasi yang berkembangbiak seperti tikus setara dengan kemiskinan setara dengan umpan meriam untuk organisasi agama dan jaringan teroris. Apakah anak-anak ini lebih baik di banding bekerja di bengkel motor dan pembuatan karpet? Mungkin ILO atau NGO dapat menjawab pertanyaan ini. Mereka sangat diam untuk sesuatu yang lebih buruk daripada pekerja anak.

Ada alasan untuk itu: dalam hal keyakinan atau kepercayaan agama, tak seorang pun berani. Segala macam perbuatan jahat, ilegal, atau tindakan tak manusiawi dapat diberikan sanksi apabila agama atau sekte tertentu membuktikan bahwa itu bukan bagian dari iman. Kamu dapat sekarat di rumah sakit tetapi tak seorang pun memberimu obat halusinasi narkotika. Tetapi kamu dapat menggunakan zat itu adalah bila itu menjadi bagian dari iman kamu. Di tahun 2006, Mahkamah Agung mengesahkan hal itu.

Anak-anak kami menghadapi ketakutan masa depan bukan karena Taliban ( mereka sangat sedikit) tetapi karena gelombang agama ultra konservatif yang telah melanda negara ini. Madrasah-madrasah terpencil mungkin mengubah anak-anak lelaki menjadi lebah jantan. Tetapi kemudian ada ribuan madrasah di seluruh pedesaan Pakistan yang memproduksi lebah-lebah baru yang mungkin tidak akan menjadi pelaku bom bunuh diri tetapi tidak selaras dengan kehidupan dunia. Anak-anak ini perlu diselamatkan. 


Alfred Hitchcock, Direktur perfilman besar dengan spesialisasi menakutkan orang, ketika mengendarai di Swiss tiba-tiba menunjukkan ke luar jendela mobil dan mengatakan,” Itu yang paling menakutkan yang pernah saya telah lihat.” Itu adalah pendeta yang bercakap-cakap dengan anak lelaki kecil, dengan tangannya di punggung sang anak.

Hitchcock mengeluarkan tubuhnya dari jendela mobil dan berteriak, “Lari, pemuda kecil! Lari untuk hidup kamu!”


No comments:

>>>

-



-